Return to site

Kerajinan ini berbahan kain perca dan pewarna alami

Memanfaatkan sisa produksi pakaian batik | spunbond indonesia

broken image
“Sayang kalau kain perca kami buang, karena dengan sedikit inovasi mampu tercipta lagi berbagai kerajinan baru yang bermanfaat dan bernilai ekonomis tinggi tentunya,” tukasnya.

Teknik pewarnaannya pun terbagi atas tulis dan cap. Tentu, batik dengan bahan alami memiliki harga yang lebih mahal dari batik dengan pewarna kimia.

Ada pewarna sintetis kimia, ada pula yang menggunakan pewarna alami yang dihasilkan dari ekstrak kulit nangka, kayu secang, kayu jatilawe, daun teh, dan kulit rambutan.

Sedangkan untuk masalah warna, batik ini memiliki ciri khas kombinasi yang mencolok. Hal ini dikarenakan saat proses produksi, Iman menggunakan dua bahan warna dasar dan metode berbeda.

Lanjutnya, terdapat puluhan motif batik khas yang ia ciptakan. Antara lain daun tembakau, srintil, keranjang, matahari, kopi, hingga Gunung Sumbing dan Sindoro.

Untuk masalah kualitas, tak perlu kuatir. Pasalnya, barang-barang tersebut dijamin tak bakal mengecewakan konsumen. Motif, corak, dan warna yang dihasilkan juga sama persis dengan baju batik yang terpajang di gerai tersebut.

“Kami memang memproduksi batik dengan motif-motif khas Temanggungan. Nah, sisa pakaian yang kami buat berupa kain perca kita manfaatkan lagi menjadi berbagai barang kerajinan lain,” jelasnya.

Mulai daster untuk kaum hawa yang dijual dengan harga Rp 90 sampai Rp 120 ribu, tas jinjing Rp 120 sampai Rp 150 ribu, tempat tisu Rp 20 sampai Rp 25 ribu, dompet unik rata-rata Rp 15 ribu, bros berbentuk bunga Rp 5 ribuan, pasmina Rp 75 ribu, hingga jilbab atau kerudung dengan patokan harga tak kalah murah, Rp 50 ribu per helai.

Pemilik gerai, Iman Nugroho mengaku bahwa dirinya sengaja memanfaatkan sisa produksi pakaian batik yang awalnya tidak memiliki nilai jual dengan menciptakan berbagai bentuk kerajinan baru.

Terlalu sayang jika dibuang. Bermodal ungkapan itulah ide awal Gerai Batik Mbako di Jalan Brigjend Katamso nomor 4 Lingkungan Suronatan Kelurahan Temanggung II Kecamatan/Kabupaten Temanggung.

Lenny Agustin, di Antara Kebaya, Kain Perca dan Keluarga | spunbond indonesia

Awal 2017 lalu, Lenny mengembangkan sayapnya untuk berkolaborasi dengan para perancang busana dari negara-negara ASEAN. Ia menjadi penanggungjawab peragaan busana ketika Indonesia menjadi tuan rumah yang berlangsung di Hotel Gran Melia Jakarta. Terkait hal ini, Lenny mengatakan dirinya saling mengenal perancang busana dari negara tetangga dari media sosial lalu berkumpul dan saling berbagi bersama.

Hasil kerajinan tangan yang trendi menjadi karya yang kemudian ia peragakan pada publik. Tak sampai di situ, ia juga memberikan tawaran kerja pada pengrajin yang ia latih untuk kemudian mengembangkan bisnis sendiri.

"Terakhir, proyek yang sama juga saya lakukan di Lasem dan Kediri," ujarnya menambahkan.

Dalam lima tahun terakhir, Lenny tidak hanya bergelut dengan kain tradisional tapi juga turut melatih sejumlah pengrajin lokal di daerah. Untuk koleksi rancangannya Spring/Summer 2016 misalnya ia melatih sekitar 40 pengrajin bordiran di Pontianak Kalimantan hampir setahun.

Untuk koleksi rancangan Java Dolls, misalnya, Lenny menggunakan batik taplak Pekalongan motif buketan. Yang unik adalah ketika ia memanfaatkan sumbu kompor yang dibungkus percaan batik untuk membuat motif kawung. Padu padan rancangannya yakni potongan kebaya dengan detil frill yang menyatu, blus renda berkerah cheongsam dengan rok dari taplak meja.

Hampir di setiap koleksi rancangannya Lenny selalu mengolah kain tradisional entah itu tenun Makassar, batik Pekalongan, atau songket Palembang.

Patch Bisa Dibuat dari Bahan Kain, Kanvas, atau Transfer Paper, Begini Prosesnya | spunbond indonesia

Kegiatan pameran ini juga diisi dengan demo menggambar di atas manekin yang dilakukan oleh Adios. Juga mural di bambu oleh nnegoo dan drope.

Acara pembukaan pameran Patch Me If U Can di Artotel Surabaya dimeriahkan pula dengan kegiatan kelas menggambar dan mewarnai patch yang dilakukan atas kerjasama dengan Leeveandeo dan Surabaya International School. Karya siswa ini juga ikut dipamerkan di Artspace Galeri Artotel Surabaya.

“Biasanya oleh pelanggan patch ini dijahit di atribut yang diinginkan, baik itu baju, celana, atas tas,” ungkapnya.

Tak hanya di baju, patch buatan Indra ini juga sering menghiasi tas, jaket, maupun jeans. Harga untuk patch karya Indra ini kisaran Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per-patch.

Indra yang suka memakai tokoh kartun untuk karya patch-nya ini lalu menambahkan,”Setelah gambar dibuat di atas kanvas, lalu dilapisi pernis khusus agar bisa tahan meski dicuci beberapa kali.” katanya.

Jika menggunakan kain atau kanvas, lanjut X-Go, alat gambarnya bisa menggunakan cat acrylic atau cat air yang dilapisi pernis khusus. "Asal prosesnya betul patch itu bisa tahan setahun meski sering dicuci dan dipakai," ucap Indra Setiawan, seniman asal Malang.

Menurut X-Go, bahan patch ada tiga jenis, yaitu kain, kanvas, dan transfer paper, yaitu patch yang dihasilkan dari gambar desain yang diolah lewat komputer kemudian diprint baru dicetak di atas kain. "Agar kuat finishingnya dipanasi pakai hot press," tegasnya.

"Patch ini memang bisa berdiri sendiri sebagai karya. Tetapi juga bisa jadi kesatuan dalam dunia fashion," ujar X-Go, penggagas acara Patch Me If U Can yang digelar di Artotel mulai Jumat (12/5/2017).

Aplikasi patch di baju maupun celana tak semata untuk hiasan dan dipajang. Busana yang sudah dihiasi patch ini tetap bisa dipakai dan kelihatan menarik.